23.8.08

network effect











"Network can change the world. And in the network era, every node matters," kata Michael Dulworth dalam bukunya, The Connect Effect.

Selama ini, perubahan dalam sejarah sering dinisbahkan pada orang-orang besar yang jumlahnya hanya beberapa. Tapi awal abad 21 menandai tren perubahan yang digerakkan oleh massa. Dan network adalah kuncinya. Network memungkinkan orang-orang kecil, nobody, warga biasa, melakukan perubahan yang tak kalah signifikannya dengan perubahan yang dihasilkan oleh orang-orang besar.

Dalam 2-3 tahun terakhir ini, peran 'orang-orang biasa' dalam membentuk dunia masa depan kian menojol. Hal itu tak lain karena kian lazimnya pola networking. Banyak temuan lahir karena kekuatan networking. Linux adalah salah satu contohnya. Atau browser Mozilla--yang kedua-duanya dibangun dan disempurnakan oleh ribuan programmer dari seluruh dunia lewat skema networking (open source). Kini, untuk membuat sesuatu yang 'luar biasa' tidak lagi mensyaratkan kekuatan/kemampuan personal atau dana yang juga luar biasa. Cukup Anda cari teman yang tepat, maka Anda bisa melahirkan sesuatu yang mungkin 'luar biasa'.

Dalam dunia bisnis, skema networking sebenarnya sudah lama dikenal. Keberhasilan bisnis--khususnya dalam menghimpun klien dan order, sering ditentukan oleh kuat tidaknya network. Bahkan ada bisnis yang ujung tombaknya adalah network, yaitu multi-level marketing atau MLM. Namun network yang berkembang di abad 21 lebih dari itu. Network abad 21 punya kekuatan lebih dari sekedar dalam dunia bisnis dan komersial, tapi benar-benar sanggup mempengaruhi dan membentuk dunia (shaping the world).

Lihatlah apa yang terjadi di dunia maya. Kini, portal-portal yang paling banyak dikunjungi bukan portal-portal berita searah seperti Time, The Economist atau Newsweek, melainkan situs-situs social networking seperti Friendster, MySpace, Facebook, Youtube serta blog. Digg.com yang berbasis pada kontribusi anggota (citizen journalism) trafiknya mengalahkan New York Times. Di Indonesia, situs yang paling banyak diklik juga bukan Detik.com sebagaimana dipahami banyak orang, melainkan Kaskus.us--yang notabene juga berbasis 'citizen journalism'.

Saat ini, situs-situs web bukan hanya menempatkan pengunjungnya sebagai pembaca/reader tetapi juga melibatkannya sebagai content provider/writer. Istilah pembaca/reader pun bergeser menjadi pengguna/user. Dan inilah model yang berlaku dalam dunia Friendster, Facebook, blog atau Youtube--yang dalam dunia internet disebut konsep Web 2.0.

Berbeda dengan era Web 1.0 yang pernah mengalami kejatuhan, Web 2.0 boleh dikata kian eksis. Tiap tahun, pengguna Friendster, Facebook, Youtube atau blogger terus meningkat. Internet kini dipenuhi berbagai macam profil, foto, tulisan, lagu atau video dari para warga dunia maya. Mereka semua menyumbangkan gagasannya, karyanya--dan juga 'kenakalan'-nya via world wide web. Sampai-sampai, majalah TIME edisisi 2006 menobatkan kamu, yaa.. sekali lagi kamu (YOU) sebagai Person of the Year--sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Nah, apakah kamu ingin berbagung dengan komunitas YOU yang dinobatkan TIME sebagai Person of the Year? Jika iya, segera gabung di Friendster, Facebook, blog atau Youtube, dan upload karya-karya kamu di sana. Saat ini adalah era di mana network adalah pilihan yang paling masuk akal agar kita bisa ikut membentuk dan mempengaruhi dunia. "Network or die," demikian tulis Businessweek dalam salah satu laporannya.


0 comments:

Post a Comment