10.11.07

buku

Buku. Tidak banyak orang yang suka membacanya. Dari seratus dua puluhan juta orang dewasa di negeri ini, sepertinya yang hobi baca buku tidak sampe sepuluh persen. Kemiskinan sering ditunjuk sebagai kendala utama, baru kemudian tradisi membaca sebagai alasan kedua.

Di tengah budaya instan serba cepat dan maraknya TV yang lebih menghibur dan memanjakan, buku memang kian bernasib sial. Ia sering dianggap sebagai barang yang justru bikin pikiran pening -- alih-alih sebagai sumber pengetahuan. Oleh karenanya, tidak heran jika ia dinafikan. Buku hanya diingat, disentuh dan dikeluarkan jika sedang dibutuhkan demi suatu keperluan, seperti pemain cadangan.

Padahal, buku adalah barang berharga yang bisa mengisi hidup kita. Tidak semua hal bisa kita reguk lewat pengalaman langsung dalam hidup, dan buku menggantikannya. Dengan buku, kita bisa mengalami apa yang tidak sungguh-sungguh kita alami, merasakan apa yang tidak benar-benar kita sentuh dan jumpai. Buku membawa kita bertualang ke dataran-dataran tandus, taman bunga,
kawasan liar. Ia memberitahu kita apa yang tersembunyi di balik gunung dan di seberang lautan, mempertemukan kita dengan orang-orang (karakter) yang kita benci maupun kita kagumi.

Sebagaimana dikatakan sastrawan terkemuka Salman Rushdie, buku adalah a version of the world, dan sangat disayangkan jika kita melewatkannya. Buku tak ubahnya udara. Oksigen buat pikiran kita. Agar kita berbeda dari spesies lainnya.


1 comment:

  1. bravo mas..aku suka tulisan mas tentang yg 1 ini...BUKU..!!

    satu2nya alasan kenapa aku ikhlas dimaki bahkan dikecam ortu karena sering menghabiskan harta demi kepuasan memiliki benda yg bernama "BUKU " ini.

    BUKU adalah salah satu yg terpenting dalam hidup ini...tanpa buku everything is nothing kan ya?? hehehehe...



    Jc

    ReplyDelete