3.1.08

visi & ketenangan








"In periods of crisis, we need a larger vision," demikian kalimat yang aku pernah baca. Aku lupa siapa yang mengatakannya, tapi ia layak dicamkan oleh semua warga Indonesia.

Sebagaimana kita semua tahu, hampir satu dekade ini kita hidup dalam pelukan krisis yang tiada henti. Bencana dan wabah terjadi di mana-mana. Kemiskinan dan pengangguran merajalela. Dan lebih dari itu semua, ketidakpastian menyelimuti masa depan kita. Banyak orang dilanda sikap pesimis, dan tak jarang fatalis. Banyak yang kemudian bersikap pragmatis dan oportunis, baik karena memang "dari sononya" begitu atau karena merasa lelah dah fatigue.

Hidup di Indonesia di saat-saat ini memang tidak mudah. Jangankan buat rakyat kebanyakan. Buat mereka yang terdidik pun tidak mudah. Tidak sedikit lulusan S2 yang nganggur tanpa kerjaan pasti. Apalagi yang hanya lulus SD, SMP atau SMA sebagaimana kebanyakan rakyat Indonesia. Tentu lebih sulit lagi. Meski pemerintah baru-baru ini mengatakan angka kemiskinan dan pengangguran menurun, tapi kenyataan seperti bilang yang sebaliknya. Alih-alih memercayai kata pemerintah, aku justru curiga: jangan-jangan angka statistik itu hanya manipulasi belaka. Bukankah di negeri ini tipu-menipu sudah dianggap lumrah bin lazim? Apalagi dalam politik yang banyak tak jelas juntrungnya itu.

Dalam situasi krisis seperti sekarang, ada baiknya kita tenang sejenak--sambil menumbuhkan keyakinan. Selagi masih tahun baru. Tenang untuk melihat apa yang sudah berlangsung di masa lalu, apa yang sudah melanda kita, apa yang selama ini terjadi. Tenang untuk merenungi dan memikirkan kenapa hal-hal buruk itu terus meng- gelayuti hidup kita, kenapa krisis masih menyelimuti masa depan kita.

Sikap tenang yang disertai keyakinan itu penting, karena dengan ketenangan kita bisa berfikir lebih jernih. Berbeda jika kita grusa-grusu atau panik. Dengan bersikap tenang, meski dalam situasi terpojok, kita seringkali sanggup melihat celah keluar dengan lebih baik. Tentu, tenang saja tidak cukup. Dibutuhkan sejenis pengetahuan, sebersit gagasan. Apalagi untuk mengatasi perihal carut-marutnya kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun bersama (politik).

Sikap tenang tanpa memiliki gagasan hanya akan membuat kita mati pelan-pelan. Seperti yang dipraktekkan pemerintah kita saat ini. Santai, adem ayem, berperilaku seolah tidak ada masalah di negeri ini. Karena jika tidak punya gagasan, maka tidak akan ada terobosan yang dilakukan untuk memecahkan persoalan.

Maka, di situlah pentingnya visi. Visi lebih dari sekedar mimpi--yang seringkali tanpa topangan gagasan perihal bagaimana mewujud- kannya dalam kenyataan. Visi adalah sejenis kemampuan untuk memandang jauh ke depan, merumuskan apa yang mesti diperbuat dan mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin akan timbul. Dan ironisnya, pemerintah kita sepertinya tidak memiliki visi yang demikian. Pemerintah kita hanya menuruti gerak roda yang berputar, tanpa peduli apakah roda tersebut berputar ke depan atau ke belakang, membawa kita maju atau membuat kian terbelakang.

Lihatlah bagaimana dulu ketika masa kampanye, SBY mengam- panyekan akan membangun kembali perekonomian Indonesia lewat pertanian. Tapi apa yang terjadi? Ketika menjadi presiden, berbicara soal pertanian pun nyaris tidak pernah. Meski berkali-kali menyatakan bahwa Indonesia harus bangkit, namun pemerintah justru menyerahkan nasibnya ke tangan para investor kakap, para kapitalis internasional--dengan anggapan bahwa investasi akan menyelesaikan masalah pengangguran. Padahal data menunjukkan bahwa investasi asing sepanjang sejarah Indonesia tidak pernah menyerap lebih dari 40 persen tenaga kerja.

Namun meski kita memiliki pemerintah yang seperti itu, aku berharap kita tidak demikian. Kita semua terkena dampak dari apa yang terjadi di negeri ini. Ada yang nganggur, drop out, kena PHK dan seterusnya. Namun apa pun yang menimpa kita, ketenangan sangat penting. Seperti Liverpool yang ketinggalan 3-0 saat melawan AC Milan di final Champion dua tahun lalu namun akhirnya berhasil memenangi pertandingan, kita juga harus senantiasa tenang dalam menghadapi arus kehidupan. Karena dengan ketenangan kita bisa menata kembali pikiran dan gagasan kita, merencanakan, membangun dan meneguhkan keyakinan. Jika itu berhasil kita terapkan, niscaya kita akan mampu keluar dari kesulitan. Seperti yang diutarakan oleh para New Scientist dan guru The Secret.

Akhirnya, semoga berhasil melewati 2008 dengan lebih baik, gut luck!

0 comments:

Post a Comment