2.1.08

confessions of an economic hit man











"One of the most important stories of our time," demikian kata seorang pemenang Nobel dan sekaligus Profesor dari Harvard, John E. Mack. MD, tentang buku ini. Dalam kesempatan lain, John Le Carre menulis, Confessions of an Economic Hit Man is an extra- ordinary and gripping tale of intrigue and dark machinations.

Itulah komentar terhadap sebuah buku kontroversial yang terbit November 2004 lalu. Aku sebenarnya menulis review singkat ini juga sudah lama. Mei 2005 lalu, untuk aku kirim ke milis kawan-kawanku. Tapi sekedar untuk kepentingan arsip, review ini aku upload di blog ini.


Buku ini bercerita tentang sepak terjang pemerintah dan institusi bisnis negara maju [khususnya Amerika] serta lembaga-lembaga multilateral seperti World Bank dan IMF dalam mempengaruhi, menekan dan menipu negara dunia ketiga demi kepentingan- kepentingan bisnisnya. Dan kini, salah seorang mantan anggotanya, John Perkins, memberikan pengakuannya dalam buku yang ia beri judul Confessions of an Economic Hit Man--yang sudah terbit edisi Indonesianya.

John Perkins adalah ketua perkumpulan ekonom perusahaan konsultan/strategi Chas T. Main yang berbasis di Boston. Dalam posisinya tersebut, ia banyak bekerja untuk institusi bisnis
Amerika, baik swasta maupun negara. Ia bekerja sebagai 'economic hit man', yang bertugas membantu agen-agen Amerika dalam menggolkan target-target ekonomi perusahaan multinasional di negara-negara dunia ketiga. "Economic hit men (EHMs) are highly paid professionals who cheat countries around the globe out of trillions of dollars," tulis Perkins.

Dalam buku ini, Perkins bercerita bagaimana institusi sepeti World Bank mempengaruhi negara-negara dunia ketiga seperti panama dan Indonesia untuk membangun proyek-proyek yang sesungguhnya berada di luar kemampuannya. Misalnya bandara, waduk [ingat kasus waduk Kedung Ombo], serta infrastruktur lain. Institusi-institusi ini meyakinkan negara yang bersangkutan bahwa negara tersebut butuh infrastuktur seperti waduk dll demi kemajuan ekonomi negaranya, dan mereka [Amerika, Bank Dunia dll] akan 'membantu'. Dengan cara: meminjamkan hutang dalam jumlah yang kecil kemungkinan sanggup dibayar kembali oleh negara yang menerima.

Dengan kondisi tersebut, maka pelan tapi pasti negara yang bersangkutan akan tergantung dan dikendalikan oleh institusi- institusi luar tersebut. Jika sudah demikian, maka muluslah proyek- proyek bisnis negara maju di negara-negara dunia ketiga. Maka sangat beralasan jika zaman kita ini ini disebut sebagai zaman imperialisme baru.

Dengan pengalamannya 'membantu' institusi bisnis dan pemerintah Amerika di berbagai belahan dunia--meliputi Asia, Afrika, Amerika Latin, Timur Tengah dan Amerika Utara, pengakuan John Perkins layak untuk dibaca dan didengar. Pengakuan ini merupakan buah dari
pengalamannya 20 tahun sebagai economic hit man. Sebenarnya sudah lama ia ingin menulis buku ini, tapi terhenti kurang lebih empat kali. Gara-garanya tak lain adalah ancaman dan uang: institusi-institusi bisnis Amerika berani membayar sangat mahal agar ia tetap bekerja untuk mereka dan tidak menulis pengalamannya.

Tapi akhirnya ia memutuskan juga. Ia memutuskan untuk menyudahi keterlibatannya dalam 'perkumpulan/sekte gila' [economic hit man] ini, dan membeberkan pengalamannya. Peristiwa World Trade Centre 9/11 telah membangkitkan kembali semangatnya untuk menyele- saikan buku ini. Karena ia merasa peristiwa itu tak lain merupakan akibat dari sistem ekonomi/politik internasional yang tidak adil dimana ia ikut andil di dalamnya.

Dalam situsnya [www.johnperkins.org], tertulis bahwa ia ingin mencurahkan kemampuannya untuk membuat planet ini menjadi lebih baik--demi generasi anak-cucunya.



0 comments:

Post a Comment