2.5.08

reformasi gagal?

Bulan Mei ini reformasi memasuki usia 10 tahun. Dan dalam dua hari kemaren, aku diminta mengisi diskusi di Kontras dan Sekolah Tinggi Agama Buddha, Nalanda. Dalam dua diskusi tersebut, banyak peserta menganggap reformasi gagal--pun demokrasi.

Ada banyak penjelasan kenapa reformasi dianggap gagal. Kemakmuran belum tercipta, pemerintahan yang bersih belum terwujud, penegakan hukum masih setengah-setengah, dan kekerasan masih terjadi di banyak tempat. Satu-satunya hal yang patut dibanggakan dari reformasi adalah adanya kebebasan yang lebih luas ketimbang jaman Orde Baru--baik kebebasan berpendapat, berorganisasi, berkumpul, berekspresi. Dulu, jaman Orde Baru, nyaris kebebasan yang seperti itu tidak ada. Kita bisa ditangkap hanya karena "nggremengi" (ngomongin buruk) pemerintah. Kita juga bisa ditangkap karena bikin diskusi atau seminar tanpa ijin. Mata-mata ada di mana-mana, bahkan tembok pun seolah punya telinga.

Namun semua itu kini tinggal kenangan. Kita sekarang jauh lebih bebas. Buat mereka yang tidak mengeyam tirani masa Orde Baru, mungkin kebebasan yang ada sekarang dianggap biasa saja. Tapi tidak buatku atau aktivis-aktivis pada umumnya. Dulu, temen-temen dikejar-kejar tentara sampai kos hanya karena menyatakan golput. Padahal saat ini sebagian besar orang golput. Kami juga sering menghentikan diskusi dan membubarkan acara kumpul-kumpul karena ada indikasi akan digrebek. Semua tindakan seolah punya risiko dipenjara. Bahkan diam pun bisa masuk penjara, kalo ada indikasi ke-'diam'-an tersebut merupakan bentuk perlawanan terhadap pemerintah.

Maka dengan kebebasan seperti sekarang, di mana semua orang
bisa ngomong dan bikin diskusi tanpa takut ditangkap, itu sungguh membahagiakan. Namun kebebasan tidak datang dari langit, ia harus selalu diperjuangkan. Kebebasan tidak dengan sendirinya ada. Ia adalah hasil jerih payah dan ikhtiar kita. Namun jika kita semua acuh, bukan hal yang tidak mungkin kita akan mengalami kondisi seperti era Orde Baru, atau jatuh dalam realitas yang dialami warga Burma atau Tibet--di mana warganya tidak punya kebebasan seperti yang kita miliki hari ini.

0 comments:

Post a Comment