16.5.08

me in sosok kompas

Setelah Koran Tempo, giliran Kompas yang memuat profile-ku.
Kali ini lebih istimewa, karena dimuat dalam rubrik Sosok yang menempati separo halaman 16. Selain itu, beberapa komentarku terkait reformasi juga dikutip di feature "Repormasi" Apa'an Sik? di halaman depan serta rubrik Fokus.

Ada banyak hal yang kami perbincangkan ketika wawancara. Paling banyak tentang kondisi setelah 10 tahun Soeharto turun, apa yang aku lakukan sekarang, serta mimpi-mimpiku terkait Indonesia ke depan. Tapi yang diambil dan ditonjolkan oleh Kompas justru asal-usul frame-ku tentang pluralisme, kebhinekaan dan agama lain, yang dalam perbincangan justru tidak terlalu banyak aku explore.

Tulisan itu tak ubahnya kisah bagaimana seorang santri tradisional bermetamorfosis menjadi aktivis yang berpandangan pluralis. Tak ada aura militansi di sana. Juga radikalitas. Atau kiri. Ketika ditanya terkait keprihatinan terbesarku terkait Indonesia, aku menjawab dua hal: tendensi fundamentalisme religius dan dominannya fundamentalisme pasar/kapital. Tapi yang dikutip hanya keprihatinanku terhadap fundamentalisme religus.

Tapi terlepas dari apa pun, tulisan itu berharga. Karena angle pluralisme yang diambil mungkin bisa mengajarkan bangsa Indonesia agar tidak mudah mengidap paranoia terhadap umat agama lain--sesuatu yang masih marak hingga hari ini. Dan lebih dari segalanya, gw masuk rubrik khusus Kompas, dan Fresh Book serta Khatulistiwa Online dipromosiin gratis, huahuahua....

1 comment:

  1. safik...kompas yang tanggal berapa profil lo..mau liat dnk..??

    ReplyDelete