9.8.08

silicon valley

"Silicon Valley doesn't have better ideas and isn't smarter than the rest of the world, but it has the edge in filtering ideas and executing them," kata Sergey Brin, salah satu pendiri Google. Oleh karena itu, lanjut Brin, Silicon Valley mampu menyedot orang-orang kreatif untuk datang dan mempertaruhkan kemampuannya di sana.

Barangkali, apa yang dikatakan Brin memang benar. Silicon Valley memang pusat lahirnya temuan-temuan teknologi canggih dunia. Google bertempat di sana. Begitu juga Apple, YouTube, Intel, Yahoo!, Cisco, Adobe dan banyak lagi yang lainnya. Tapi sesungguhnya ia 'mungkin' bukan tempat bermukimnya ide-ide terbaik dunia. Karena ada banyak generasi di luar Silicon Valley atau di luar Amerika pada umumnya yang tampaknya tidak kalah cerdas dan briliannya.

Lihat saja Cina. Generasi Cina yang melek dan jago komputer tumbuh luar biasa. Di Cina ada Baidu.com, situs mesin pencari yang popularitasnya di Cina mengalahkan Google--yang merupakan satu-satunya kasus di dunia. Atau Indonesia. Anak-anak negeri ini mampu membuat IGOS (Indonesia Go Open Source), seperangkat software open source berbasis Linux yang tak kalah canggih dari temuan teknologi dunia. Dan baru-baru ini dikabarkan bahwa generasi kita juga sedang menyempurnakan WiMax versi Indonesia--teknologi komunikasi dan internet yang lebih canggih
dari 3G.

Namun kenapa yang sanggup berkembang dan mendunia masih saja temuan-temuan dan produk-produk yang dihasilkan anak-anak Silicon Valley?

Ada banyak penjelasan di sana. Silicon Valley yang berada di kawasan pantai bagian utara California itu boleh dikata merupakan inkubator terbaik dunia. Di sana ada Stanford Univeristy, yang berperan besar dalam melahirkan generasi cerdas dan kreatif Amerika. Sergey Brin dan Larry Page adalah lulusan sana. Di sana juga banyak perusahaan terkemuka yang siap menampung dan memberikan ruang eksperimentasi anak-anak muda. Dan buat mereka yang enggan bergabung dengan perusahaan-perusahaan yang ada dan memilih membangun bisnisnya sendiri, di sana ada cukup banyak perusahaan modal ventura yang siap mengucurkan dana buat ide-ide brilian mereka. Dan lebih dari itu, jaringan kreatif dan bisnis di sana sudah tercipta dan melembaga. Itulah yang tidak ada di belahan lain dunia, di tempat lain--termasuk Jakarta, Bandung, Jogja atau kota-kota lain di Indonesia.

Sebuah ide bisa tumbuh dan mengemuka jika mendapat lingkungan yang mendukung dan memadai. Jika tidak, ia akan bernasib seperti benih bagus yang tersemai di tanah gersang. Ia tidak akan bisa tumbuh dengan semestinya. Atau bahkan mungkin mati. Ada banyak anak cerdas dan kreatif di Indonesia--di mana aku berharap bisa selalu bekerja dengan mereka--yang pada akhirnya frustasi karena gagasannya tidak mendapatkan peluang dan kemungkinan untuk tumbuh. Akhirnya mereka pun menyerah, memilih hidup sebagaimana orang pada umumnya, ketimbang menggawangi ide cerdas mereka agar menjadi kenyataan.

Dan jika sudah begini persoalannya, maka itu kembali pada pemerintahannya. Jika pemerintah sanggup melahirkan kebijakan yang memungkinkan lingkungan seperti Silicon Valley tercipta, maka sebuah kota atau sebuah negara mungkin akan sanggup melahirkan generasi cerdas dan kreatif seperti Amerika. Bagaimana dengan Indonesia? Anda bisa menjawabnya.

1 comment:

  1. salam kenal, tulisan yg bagus. Saya juga membuat tulisan yang mirip seperti ini di blog saya

    kamal87.wordpress.com - membangun silicon valley indonesia

    ReplyDelete