12.11.07

cohen: against capitalism







Ia menderita autisme jenis ringan. Ia juga punya dua anak yang masih kecil-kecil. Namun di komputernya tertulis: DESTROY CAPITALISM.

Itulah Bram Cohen, programmer muda asal Seattle, Amerika, yang menemukan BitTorrent, software untuk bertukar file (file sharing) berukuran besar lewat internet. Sehingga dengan software tersebut, seorang pengguna internet bisa saling bertukar atau berdagang file dalam waktu cepat, baik file audio maupun video. Saat ini, BitTorrent yang ditemukan tahun 2001 itu mungkin sudah tersaingi oleh software-software baru yang muncul belakangan, tapi bukan di situ masalahnya.

Yang menarik dari Cohen adalah dia pencipta awal software tersebut, dan dia menggratiskan software temuannya untuk digunakan publik. Padahal jika ia mau mematenkannya ato menjualnya ke perusahaan software, maka ia bisa menangguk miliaran. Tapi ia memilih tidak. Ia memilih mempersembahkan temuannya untuk publik tanpa harus khawatir jatuh dalam kemiskinan.

Namun langkah dan temuan Cohen memicu kekhawatiran kalangan pebisnis AS. Mereka khawatir software tersebut akan memfasilitasi praktek pembajakan. Maka mereka pun memohon kepada Mahkamah Agung AS untuk menjerat orang-orang semacam Cohen.

Aneh memang. Para kapitalis sering mengklaim diri mengedepankan inovasi dan kreativitas. Tapi kini mereka tengah mencoba menghambat inovasi dan kreativitas. Dan sumbernya tak lain adalah uang. Di sini terlihat bahwa korporasi dan kapitalisme sesungguhnya tidak begitu peduli terhadap kreativitas, apalagi jika kreativitas itu mengganggu tujuan utamanya: penumpukan kekayaan. Yang mereka pedulikan sesungguhnya adalah uang. Jika kreativitas justru menghambat misi menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, maka itu harus dihentikan. Salah satunya dengan cara menghambat (secara hukum) orang-orang seperti Cohen.

Tapi Cohen bukan sekedar kreatif. Ia juga pemberontak. Terkait tuntutan terhadapnya, kepada Majalah TIME yang memasukkannya dalam list Builders & Titans 2005 ia menjelaskan, "This is the inevitable arc of technology. Trying to fight it is like trying to fight the tides."

Cohen benar. Di tengah makin canggihnya komputer dan teknologi, menghambat/melarang praktek copy/sharing file sungguh sesuatu yang absurd dan sulit dimengerti--karena tidak mungkin diterapkan. Membatasi atau melarang praktek copy/share tak ubahnya melawan kodrat teknologi itu sendiri. Dan membebaskan copyright untuk publik tidak lantas membuat sang pencipta jatuh dalam kemiskinan. Buktinya adalah Cohen. Meski membebaskan copyright atas ciptaannya, seperti Linux, ia tidak lantas terperangkap dalam kemiskinan. Sebaliknya, ia justru ia hidup dalam kelimpahan. Kelimpahan hati dan harta.

Kini, setelah enam tahun menemukan BitTorrent, ia boleh dibilang sukses lewat perusahaannya--yang menjual musik, film dan game. Nasibnya tidak lagi seperti dulu, ketika ia hidup mengandalkan donasi orang-orang yang mendownload BitTorrent di situsnya.

Akhirnya, sebagaimana Cohen, peduli setan dengan copyright, jika itu hanya ditujukan untuk mengalirkan kekayaan kepada segelintir orang. Kita memang harus menghargai penciptaan, tapi bukan untuk monopoli dan penumpukan kekayaan segelintir orang. Hidup open source, hidup copyleft. Lawan kapitalisme!

0 comments:

Post a Comment